Sang Model |
Ambarawa, kota kecamatan yang terletak di Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah ini memiliki banyak destinasi wisata yang memukau. Selain panorama
alamnya yang permai dengan latar belakang beberapa gunung, situs-situs sejarah
yang terdapat di Ambarawa juga sangat rekomended untuk dijelajahi.
Salah satu situs sejarah yang cukup berpotensi di Ambarawa
adalah Benteng Fort Willem l, yang oleh masyarakat sekitar lebih dikenal dengan
nama Benteng Pendem Ambarawa.
Benteng yang dibangun pada tahun 1834 dan selesai di tahun
1845 ini lokasinya berdekatan dengan Museum Kereta Api Ambarawa (yang juga
merupakan destinasi wisata sejarah andalan kota Ambarawa).
Istilah pendem sendiri (pendhem
bahasa Jawa) digunakan karena posisi benteng yang berada di bawah
tanah/terpendam. Hal ini merupakan salah satu dari siasat perang pada masanya.
Situs sejarah yang sejak tahun 2003 lalu digunakan sebagai
LAPAS kelas ll A Ambarawa ini bisa dijangkau dari dua jalan masuk. Pertama,
melewati jalan setapak yang berada persis di samping RSUD Ambarawa. Jalur ini
hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki atau kendaraan roda dua. Dalam
perjalanan menuju Benteng Fort Willem, anda akan disuguhi pemandangan hamparan
sawah nan menghijau dengan latar belakang Gunung Telomoyo yang anggun di
kejauhan. Anda juga bisa menikmati gagahnya pak tani dan bu tani yang sedang
mengolah lahan. Jika beruntung, pemandangan para peternak bebek yang sedang
mengangon bebek-bebeknya di sawah juga bisa anda temui.
Panorama di sekitar Benteng |
Sementara jalur kedua yang bisa anda lewati yaitu melalui gerbang/pos jaga Yon Kav yang nantinya
akan terhubung ke gerbang LAPAS Ambarawa. Jika melalui jalur ini anda bisa
menggunakan kendaraan roda empat.
Begitu melewati gerbang LAPAS, langsunglah menuju pos
penjagaan untuk memperoleh ijin masuk lokasi. Jangan khawatir, anda tidak akan
dipungut biaya se-rupiahpun. Dan parkir kendaraan juga gratis.
Gerbang Lapas |
Bahkan sebelum memasuki area utama Benteng Fort Willem,
nuansa eksotisme berselimut mistis sudah begitu terasa dengan hanya menekurinya
dari kejauhan. Dengan sejarah panjangnya yang pernah dijadikan penjara tawanan
anak-anak, penjara tahanan politik, hingga tahanan dewasa, membuat situs ini
memeram begitu banyak misteri. Di balik dinding-dinding bekunya, bangunan tua
yang memiliki banyak jendela ini seolah memanggil kita untuk menyampaikan
berjuta cerita yang tersimpan di dalamnya, dan berceloteh berbagi kisah dengan
setiap pengunjung yang menyambanginya.
Bangunan Tua dengan banyak jendela |
Namun tak dapat dipungkiri, dalam keangkuhan dan nuansa
mistisnya yang kental, tersimpan keindahan nan eksotis di dalamnya. Nilai
keeksotisannya semakin bertambah tatkala mata menatap tembok-tembok kokoh, yang sebagian
plesterannya sudah mengelupas sehingga memunculkan wujud asli bata-bata merah.
Rumput-rumput liar dengan semena-mena menempelkan diri di beberapa bagian
tembok telanjang tersebut. Lumut-lumut menghijau menghiasi setiap sudut
bangunan bersejarah tersebut.
Lumut dan rumput liar menempel di dinding bata |
Mistis |
Kondisi yang tak utuh, kusam, dan kurang terawat ini justru
menjadi nilai tambah tersendiri bagi Fort Willem. Selain pernah dijadikan
sebagai lokasi shooting untuk film kolosal “Soekarno” yang disutradarai oleh
Hanung Bramantyo, bangunan tua ini juga sering dijadikan tempat pengambilan
photo pre-wedding, atau tempat pengambilan gambar untuk video klip. Bahkan
karena aura mistisnya yang sangat
kental, beberapa stasiun TV swasta pernah mendokumentasikannya dalam acara yang
berhubungan dengan dunia ghaib.
Apapun itu, Fort Willem I dengan segala keunikannya menggoreskan pesona nan memikat bagi mereka
yang pernah mengunjunginya.
Eksotis |
0 Komentar