“Hai.” Sambil mengambil posisi
duduk di sebelah Bintang, sosok ganteng yang kharismatik itu menyapanya dengan
ramah.
“Hai juga.” Antara bingung dan
senang Bintang membalas sapaan itu.
Bingung, siswa baru itu
menyapanya dengan sangat ramah. Senang, karena tanpa diduga-duga, Tuhan
mengirim makhluk istimewa itu untuk memilih kursi persis di sebelahnya.
Dan sejak saat itulah kelas TOEFL
khusus karyawan yang diikuti Bintang menjadi jauh lebih berwarna. Topan
namanya. Lelaki berusia 28 tahun itu memang menawarkan pemandangan yang memukau
di wajahnya. Berhidung bangir dengan
sepasang mata tajam yang menyorotkan kecerdasan, serta rahang yang tegas.
Terlebih lagi, sesuai namanya, dengan postur yang atletis dan kulit eksotis,
Topan memang sangat berpotensi memporak-porandakan hati setiap wanita yang
memandang. Itu baru memandang saja lho...apalagi kalau punya kesempatan untuk berkenalan.
That's why tanpa membutuhkan waktu lama, bahkan sejak pertemuan pertama dengan Topan, Bintang klepek-klepek tak berdaya. Cupit panah
asmara langsung menancap tepat di jantungnya. Love at the first sight, begitu
kata anak-anak zaman now.
Seiring meretasnya sang waktu,
keakraban antara Bintang dan Topanpun terjalin manis. Tak jarang selepas kelas
TOEFL mereka menghabiskan waktu di kafe hanya untuk menyesap
secangkir coffelatte. Atau terkadang mampir ke toko buku untuk memantau
buku-buku baru yang mungkin menarik minat untuk dibeli. Dua atau tiga kali
Topan pernah mengajak Bintang mampir ke rumah, bertemu dengan mama papanya
dan mengobrol ringan.
Keakraban dan sikap peduli Topan membuat benih-benih kasih yang tersemai di hati Bintang kian
bersemi. Kristal-kristal cinta yang telah tumbuh sejak hari pertama mereka
bertemu semakin terasah kemilaunya. Hal ini memacu semangat Bintang dalam
mengikuti kelas TOEFL nya yang hanya berlangsung 2 kali seminggu. Karena hanya pada moment inilah mereka bisa bertemu. Di luar jadwal itu, Bintang
disibukkan dengan kegiatannya sebagai karyawan di salah satu Bank BUMN. Sementara Topan waktunya tersita sebagai seorang staff muda di perusahaan
otomotif nasional.
@@@
“Karaokean yukk.” Ajak Topan
selepas mereka menyelesaikan kelas TOEFL di satu malam.
“Oke.” Bagai mendapat durian
runtuh, Bintang tak hendak menolak ajakan menggiurkan tersebut.
Berbarengan mereka menuju keluar sambil menyapa Mr. Bagas, instruktur mereka
yang masih berada di dalam ruangan. Namun sebelum mereka mencapai pintu, Mr. Bagas menghentikan langkah keduanya.
“Topan, would you mind to stay
for a minute please.” Mr. Bagas meminta Topan
tinggal sebentar dalam bahasa Inggris beraksen British yang sangat kental.
Bintang selalu senang mendengar aksen British Mr. Bagas, indah mengalun dan berkarakter.
“Sure," jawab Topan singkat.
“Bintang, kamu keluar duluan,
ntar aku nyusul. Tunggu aku di lobby ya," lanjut Topan.
“Oke.”
“Good night Mr. Bagas.” Bintang
meninggalkan keduanya sambil mengucap salam untuk Mr. Bagas.
“Good night Bintang.”
Kelas TOEFL mereka berlokasi di satu hotel berbintang lima. Menunggu Topan di lobby hotel
mewah tersebut terasa menjemukan.
Tik....tok....tik....tok....tik....tok.....
Tik....tok....tik....tok....tik....tok.....
Setelah sepuluh menit menanti,
Bintang mulai jengah. Tak sabar, ia kembali menuju ruang belajar.
Ketika langkah kakinya hampir
mendekati ruangan, ia mendengar Mr. Bagas berbicara dengan nada suara tinggi
kepada Topan. Ntah apa yang mereka bicarakan, namun Bintang dapat menangkap
sepatah dua patah kata bernada kemarahan dilontarkan Mr. Bagas kepada
Topan.
“Kenapa Mr. Bagas marah-marah
pada Topan?” bathin Bintang.
Dihinggapi rasa penasaran,
Bintang semakin mendekatkan langkahnya ke ruang belajar. Keberuntungan berpihak
pada Bintang, pintu ruangan yang seharusnya kedap suara itu menyisakan sedikit
celah terbuka hingga Bintang bisa mendengar percakapan orang-orang yang ada di
dalamnya.
“Jauhi Bintang !!” perintah Mr.
Bagas dengan suara menggelegar.
Hah....Bintang mengernyitkan
kening. Kenapa namanya disebut-sebut.
“Percaya padaku, Honey.
Kedekatanku dengan Bintang hanya untuk menyenangkan hati papa mama, karena
mereka mendesak aku terus untuk segera menikah. Aku bahkan tidak pernah
menyatakan cinta pada Bintang, walaupun aku tau dan sangat menyadari kalau
Bintang memang mencintaiku.”
Itu suara Topan.
“Honey...believe me, please. Aku tidak akan menduakanmu. I
do love you, Babe.” Dengan suara nan lembut dan menenangkan, Topan membujuk Mr.
Bagas.
Bintang tak tau adegan apa yang menyertai
dialog-dialog Topan tadi. Yang dia tau, saat itu dia merasa kalau Topan sedang
mengirim badai untuk memporak porandakan jiwa dan raganya. Hatinya perih, namun lebih dari
itu asam lambungnya bergejolak. Perasaan jijik mendominasi, membayangkan betapa
ia telah jatuh cinta pada orang yang
salah.
0 Komentar