Membasmi Hama Tikus dengan Metode Alami



Rumah burung hantu di sela tanaman refugia (Dok. Pribadi)



Aku dan Pak Bojo kebetulan memiliki hobby yang sama, suka berkeliling ntah kemana saja. Bukan hanya mengunjungi daerah tujuan wisata, terkadang kami menyusuri jalanan –baik jalanan desa atau jalanan kota- yang tidak jelas ujung pangkalnya. Tujuannya apa? Ya cuma sekedar jalan-jalan, menikmati hamparan sawah, untaian pegunungan, kebun kopi, kebun karet, sungai, atau terkadang karena rasa penasaran jalan yang kami lalui itu akan berakhir atau berbelok ke mana.

Ada kepuasan tersendiri ketika kami menemukan rute baru untuk menuju ke satu tempat tertentu. Selain mengukur jalan, kami juga suka ‘gentayangan’ ke tempat-tempat bernilai sejarah, ke pasar-pasar tradisional di desa, walau kadang lokasi yang kami datangi tersebut sebenarnya biasa saja, tidak terlalu ikonik.

Biasanya, sambil mengeksplore pelosok-pelosok desa tersebut, pastinya gak ketinggalan sessi mengabadikan spot-spot sederhana tapi menarik.

Seperti di Ahad sore kemarin. Sambil menunggu waktu berbuka, sehabis ashar aku dan pak bojo –sambil membawa si bungsu tentunya- mulai melaju di atas roda, menyusuri jalanan tanpa ada tujuan pasti. 

Niat kami waktu itu ke mana ajalah, yang penting menikmati udara sore. Kendaraan terus melaju hingga akhirnya membawa kami ke satu lokasi yang di kiri kanan jalannya terhampar areal persawahan yang menghijau yang berpadu dengan barisan tanaman refugia di sepanjang pematangnya.

Dok. Pribadi.



Dok. Pribadi.


Bukan hamparan sawah yang menarik perhatianku, tapi sebuah tiang yang di atasnya bertengger sebentuk rumah kecil, seperti rumah burung. Bagiku pemandangan sederhana itu cukup eksotis. Kuminta pak bojo menghentikan laju kendaraan. 

Aku turun dari kendaraan, menyusuri pematang sawah, menuju rumah burung yang terdapat di tengah-tengah itu. Sementara Pak bojo tetap istiqomah berada di kendaraan dengan si bungsu. Sesaat kemudian, layaknya photographer amatiran (lha...memang amatiran), diri ini asyik jeprat jepret.

Dok. Pribadi


Di saat aku sedang fokus, seorang bapak paruh baya yang juga melintas di pematang menyapaku. Suatu kebetulan, gak ada salahnya juga kalau aku ngajak ngobrol sang bapak.
Pak tani yang sederhana itu dengan ramah dan sukarela menjawab semua kekepoanku. Jadi rumah yang bertengger di atas tiang itu sebenarnya dimaksudkan untuk rumah burung hantu. 

Tikus merupakan salah satu hama padi yang paling diwaspadai petani mengingat serangan  tikus bisa terjadi pada semua fase, mulai dari persemaian hingga panen.

Adalah Desa Giling, sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang mencoba metode alami dalam proses pengendalian hama tikus dengan menggunakan predator burung hantu.

Metode ini disampaikan oleh petugas penyuluh pertanian, kemudian melalui rembuk desa dan dengan menggunakan dana desa, masyarakat beserta perangkat bekerja sama membangun rumah burung hantu di tengah sawah.

Untuk tahap awal dibangunlah tiga rumah burung hantu di atas tanah desa (bengkok) di tiga lokasi yang berbeda. Bangunan persegi empat berdinding triplek dengan luas 80m2 itu bertengger kokoh di atas tiang setinggi 3,5 meter di tengah sawah. Sangkar yang masih kosong ini rencananya akan diisi dengan burung hantu jenis Alba Tito. Diharapkan predator ini mampu membantu petani dalam mengendalikan hama tikus.

Selain menggunakan predator burung hantu, petani di Desa Giling juga menggunakan metode alami lainnya dalam mengatasi hama serangga yang mengganggu pertumbuhan padi mereka, yaitu dengan cara menanam bunga aneka warna yang masuk dalam kelompok tanaman refugia di sepanjang pematang sawah.

Tanaman refugia ini saat berbunga akan mengundang banyak sekali serangga untuk tinggal. Saat serangga datang, berlakulah hukum alam. Serangga predator akan memangsa serangga lain yang menjadi hama bagi tanaman. Dengan kondisi ini petani tidak perlu menyemprot padi mereka dengan pestisida.

Walau sangkar burung hantu masih kosong, dan tanaman refugia belum terlalu rimbun, namun ternyata perpaduan sawah nan menghijau dengan aneka bunga berwarna-warni, serta sangkar burung hantu di tengahnya,  mampu menghadirkan keindahan alam yang hakiki.

Dok. Pribadi

Posting Komentar

14 Komentar

  1. Wah jadi padi bebas pestisida ya jadinya dengan hadirnya predator ini mba, lebih sehat buat manusia..

    BalasHapus
  2. Penasaran dengan burung hantunya, sayangnya nggak terlihat ya..mereka memangsa tikus juga ya ternyata..jadi menolong petani...

    BalasHapus
  3. Jaman anak2 masih kecil, aku dan suami juga suka gentayangan ke pelosok daerah tertentu. Naik motor asik banget. Kadang nanti ujungnya tuh jalan kecil yang gak bisa dilewati motor, hahaha. Hal sederhana gini yang bikin hubungan keluarga jadi hangat, anak2 juga selalu ingat dengan kenangan sederhana ini

    BalasHapus
  4. Keren. Membasmi tikus dengan menggunakan predatornya ini emang bagus & nggak merusak alam.
    Kalo aku di rumah membasmi tikus pake kucing dong, meski kucingnya cuma lihat tikus doang, tp tikusnya nggak berani masuk rumah. Xixixi.

    BalasHapus
  5. Pemasangan Rubuha dan penanaman refugia memang merupakan salah satu upaya pengendalian hama secara alami mba.. agar petani tidak tergantung pada bahan2 kimiawi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aman juga bagi lingkungan ya kalau cara menghalau hamanya dengan cara green conservation gini.

      Hapus
  6. Pinter ih pak taninya, jadi tetep bisa basmi tikus tanpa peatisida dan bahan kimia lainnya ya mbak

    BalasHapus
  7. Di kompleks rumah kalo malam juga mayan banyak tikus, apa kudu pelihara burung hantu ya 😆😆😆

    BalasHapus
  8. Ternyata masih bermanfaat metode jadul seperti rumah burung hantu ini ya mba. Kirain saya yg awam ini tahunya basmi hama organik
    Hehe

    BalasHapus
  9. Ealah, kirain itu rumah burung merpati ternyata rumah burung hantu to? Idenya bagus juga ya mbak, untuk mengendalikan hama tikus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini salah satu cara membasmi hama tanpa pestisida ya mba, jadi padi aman dari racun. Cara ini masih dipake sama petani-petani di desaku juga loh mbaa

      Hapus
  10. Di desa2 yg punya persawahan banyak yg pakai burung hantu sbagai predator pembasmi hama tikus ya Mba, dan cara itu lebih ramah lingkungan ketimbang pakai pestisida

    BalasHapus
  11. Triknya sederhana namun jitu banget ya mba, pasang rumah burung hantu yang bakalan bikin tikur lari lintang pukang :)

    BalasHapus
  12. Rumahku dulu di tengah sawah. Setiap sore bisa main di galengan sawah. Asriii banget. Tulisan ini mengingatkankj dulu. Thanks mbak

    BalasHapus