Stasiun KA Ambarawa (Dok. Pribadi) |
Ambarawa adalah sebuah kota kecamatan yang terletak di
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Kota dengan luas 28,22km ini berada dalam lingkup beberapa
gunung, yaitu Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Kendil,
dan Gunung Gajah. Selain itu, pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Ambarawa
pernah dijadikan kota militer. Itulah sebabnya kenapa kota yang berjarak 41km
dari ibukota propinsi – Semarang- ini memiliki beragam potensi wisata, dari
mulai wisata sejarah, wisata alam, wisata kuliner, bahkan wisata religi bisa
ditemui di Ambarawa.
Wisata Sejarah
Mengingat letak geografisnya yang strategis – berada di
persimpangan 3 kota – Semarang, Salatiga, dan Magelang, membuat Pemerintah
Kolonial Belanda menjadikan Ambarawa sebagai Kota Militer. Dengan predikat ini,
maka pemerintah perlu membangun beberapa sarana prasarana yang dapat menunjang
kelancaran roda pemerintahan. Pada masa itu, Raja Willem I memerintahkan untuk
membangun stasiun kereta api demi kelancaran mengangkut tentara Belanda dan
bahan-bahan logistik dari Ambarawa ke Semarang dan sebaliknya. Akhirnya pada
tanggal 21 Mei 1873 diresmikanlah Stasiun Kereta Api Ambarawa yang pada waktu
itu ditasbihkan dengan nama Stasiun Willem I. Stasiun besar ini berdiri di atas
tanah seluas 127.500m2.
Dok. Pribadi |
Sejak tanggal 6 Oktober 1976, Stasiun peninggalan kolonial
ini berubah fungsi menjadi museum, dan dikenal dengan nama Museum Kereta Api
Ambarawa.
Museum Kereta Api Ambarawa memiliki koleksi 21 lokomotif uap.
Tiga diantaranya – B2502, B2503, dan B5112 – masih dioperasikan sebagai penarik
gerbong kereta wisata. Bahkan lokomotif uap dengan no.seri B5112 buatan
Hannovershe Maschinenbau AG merupakan lokomotif langka yang keberadaannnya di
muka bumi hanya tersisa 3 saja. Dua yang lainnya berada di Swiss dan India.
Dok. Pribadi |
Museum Kereta Api Ambarawa berkonsep terbuka. Seluruh loko
koleksinya berada di halaman museum yang asri. Sambil melihat-lihat dan
mengambil photo, pengunjung juga diperbolehkan untuk naik ke atas loko.
Selain lokomotif yang terdisplay di ruang terbuka, terdapat
satu ruang pamer yang memajang aneka peralatan yang berhubungan dengan
perkeretaapian seperti mesin telegraf, morse, bel antik, telephone antik, dan
beberapa barang lainnya.
Jika mengunjungi Stasiun pada hari Sabtu, Minggu, dan hari
hari libur nasional dan keagamaan, dengan membeli tiket seharga Rp 50.000
perorang, pengunjung bisa menikmati perjalanan dengan menggunakan kereta wisata
dari Stasiun Ambarawa ke Stasiun Tuntang yang berjarak 7km. Atau menikmati
perjalanan dari Stasiun Ambarawa menuju Stasiun Bedono yang berjarak 35km
dengan menggunakan kereta dengan rel bergerigi, hal ini dikarena jalur menuju
Stasiun Bedono merupakan jalanan yang menanjak. Perjalanan wisata reguler ini
menggunakan lokomotif diesel. Sementara lokomotif uap hanya melayani carteran
saja.
Dok. pribadi |
Setelah puas bernostalgia di Museum Kereta Api, anda bisa
melanjutkan perjalanan ke Benteng Fort Willem I yang jaraknya tidak terlalu
jauh dari Museum.
Benteng Fort Willem I atau biasa disebut masyarakat sekitar
dengan nama Benteng Pendhem Ambarawa juga merupakan salah satu situs sejarah
peninggalan zaman kolonial. Pada masa itu benteng yang dibangun tahun 1834 dan
selesai tahun 1845 ini berfungsi sebagai barak militer dan penyimpanan logistik
militer. Beberapa kali mengalami alih fungsi, hingga akhirnya sejak tahun 2003
bangunan ini digunakan sebagai LAPAS kelas IIA Ambarawa.
Benteng Willem (Dok. Pribadi) |
Berada di tengah areal persawahan, bangunan tua yang sudah
berusia ratusan tahun ini seolah menyimpan berjuta misteri. Tembok-tembok
dingin menjulang angkuh. Namun tak dapat dipungkiri, dalam keangkuhan dan
nuansa mistisnya yang kental, tersimpan keindahan nan eksotis di dalamnya.
Nilai keeksotisannya semakin bertambah tatkala mata menatap dinding-dinding kokoh, yang sebagian
plesterannya sudah mengelupas sehingga memunculkan wujud asli bata-bata merah.
Rumput-rumput liar dengan semena-mena menempelkan diri di beberapa bagian
tembok telanjang tersebut. Lumut-lumut menghijau menghiasi setiap sudut
bangunan bersejarah tersebut.
Dok. Pribadi |
Kondisi yang tak utuh, kusam, dan kurang terawat ini justru
menjadi nilai tambah tersendiri bagi Fort Willem. Selain pernah dijadikan sebagai
lokasi shooting untuk film kolosal “Soekarno” yang disutradarai oleh Hanung
Bramantyo, bangunan tua ini juga sering dijadikan tempat pengambilan photo
pre-wedding, atau tempat pengambilan gambar untuk video klip. Bahkan karena
aura mistisnya yang sangat kental,
beberapa stasiun TV swasta pernah mendokumentasikannya dalam acara yang
berhubungan dengan dunia ghaib.
Beranjak dari Benteng Willem, anda bisa melanjutkan rangkaian
wisata sejarah ini menuju Monumen Palagan Ambarawa. Monumen ini merupakan simbol
untuk mengenang sejarah Pertempuran Palagan Ambarawa pada tanggal 12 hingga 15
Desember 1945 antara TKR dan pasukan
sekutu.
Monumen Palagan Ambarawa dibangun pada tahun 1973 dan
diresmikan pada 15 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto.
Monumen Palagan (Dok. Pribadi) |
Di Monumen ini anda bisa melihat gambaran singkat sejarah
Pertempuran Palagan Ambarawa yang tergambar pada relief di dinding monumen.
Selain itu anda juga bisa menyaksikan barang-barang
peninggalan Jepang dan Belanda, mulai dari seragam tentara, senjata perang, dan
benda-benda lainnya.
Sementara di halaman museum terdapat tank kuno, kendaraan
angkut personil, serta meriam, yang semuanya digunakan pada pertempuran membara
selama 4 hari tersebut. Dan yang paling menarik, di museum ini juga terdapat
pesawat Mustang Belanda yang berhasil ditembak jatuh dan masuk ke Rawa Pening.
Wisata Alam dan Kuliner
Dari sisi legenda, kata Ambarawa berasal dari kata Amba (ombo
bahasa Jawa) yang berarti luas, dan kata rawa (rowo bahasa Jawa) yang berarti
dataran rawa, atau bisa juga berarti danau. Jadi bisa dimaknakan kalau Ambarawa
itu berarti danau yang luas. Hal ini berkaitan karena di Ambarawa terdapat
sebuah danau besar yang bernama Danau Rawa Pening.
Sebenarnya secara geografis, Danau Rawa Pening sendiri
terletak di antara empat kecamatan di Kabupaten Semarang, yaitu Ambarawa,
Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Namun Ambarawa lah yang keberadaannya begitu
identik dengan danau ini.
Adalah Kampoeng Rawa, objek wisata yang terletak di sabuk
hijau di sekitar Danau Rawa Pening. Lokasi ini dibuka pada bulan Agustus 2012,
dimiliki dan dioperasikan oleh 12 kelompok tani dan nelayan yang dibiayai oleh
suatu lembaga keuangan swasta.
Kampung Rawa (Dok. Pribadi) |
Kampoeng Rawa berada di kilometer 3 Jalan Lingkar Ambarawa
(JLA). Persis berada di tepi Danau Rawa Pening, ditambah dengan panorama Gunung
Merbabu dan Gunung Telomoyo di sebelah Selatan menjadikan spot wisata ini
sangat memikat.
Dok. Pribadi |
Dok. Pribadi |
Banyak fasilitas rekreasi yang bisa anda nikmati di sini,
selain restoran apung sebagai ikon utama tentunya.
Dari Kampoeng Rawa anda dapat berperahu menyusuri Danau Rawa
Pening hingga ke Bukit Cinta, salah satu objek wisata di Kecamatan Banyubiru.
Atau ke Jembatan Biru yang berda di Kecamatan Bawen.
Selain perahu yang bisa memuat 7 penumpang tersebut, anda
juga bisa ber-jetski-ria, atau uji adrenalin dengan flying fox.
Untuk restoran apungnya sendiri menyajikan beragam menu
dengan bahan dasar yang bersumber dari Danau Rawa Pening seperti ikan Gurame,
Mujahir, Nila, sayur genjer, juga sayur kangkung.
Masih di jalur jalan lingkar, dari Kampoeng Rawa anda bisa
melanjutkan perjalanan menuju Kampung Pelangi di Desa Bejalen.
Adalah sebuah jembatan sederhana yang menaungi
sungai yang membelah Desa Bejalen. Semangat dan kreatifitas warga telah
mengubah jembatan sederhana tersebut menjadi ikon desa yang memukau. Jembatan
tersebut dicat berwarna warni bagai pelangi. Jembatan Warnapun dengan segera
menjadi primadona Desa Bejalen. Kemudian kreatifitas ini semakin dikembangkan.
Rumah-rumah yang berada di sisi kiri dan kanan sungai juga turut berbenah diri.
Penduduk turut berpartisipasi
mengecat dinding-dinding rumah
mereka yang menghadap ke sungai dengan berbagai pola warna-warni. Polkadot,
horizontal, vertikal, waving, heart. Sehingga akhirnya kawasan jembatan dan
rumah-rumah penuh warna di sekitar jembatan bermetamorfosa menjadi Kampung
Pelangi.
Kampung Pelangi Bejalen (Dok. Pribadi) |
Selain itu, berbagai
ornamen penuh warna juga turut menghiasi desa ini. Sebuah warung menggunakan tirai bola warna
warni sebagai pembatas warungnya. Salah satu rumah menggunakan tirai tutup
botol warna-warni sebagai penghias terasnya. Perahu-perahu penduduk juga mulai
berdandan, memoles diri dengan aneka warna dan desain. Dengan warna-warni pelangi, didukung sarana
jalan yang memadai, lokasi tersebut kini menjadi spot selfie favorit
photographer pemula, amatir, dan profesional.
Selain itu Bejalen
juga memiliki kuliner yang cukup potensial untuk dikembangkan. Di sini anda
bisa menikmati salak khas Bejalen yang berasa manis, sepet namun masir. Ada
juga jenang cikru. Jenang ini terbuat dari tepung cikru, yaitu tepung yang
diolah dari biji bunga teratai. Anda juga bisa menikmati telur asin khas
Bejalen. Telur asin Bejalen menggunakan telur bebek angon, sehingga warna
kuning telurnya oranye. Ada juga wader atau cetol goreng yang krispi dan gurih.
Wader atau cetol adalah sejenis teri tawar yang merupakan “penghuni” asli Danau
Rawa Pening.
Selesai menikmati Kampung Pelangi dengan aneka kuliner
uniknya, anda bisa menyusuri jalan lingkar hingga mencapai pintu keluar di Desa
Ngampin. Dari sini ambil arah kanan, dan anda akan mendapati pemandangan
ibu-ibu dan para gadis penjual serabi si kios-kios yang berada di sisi kiri dan
kanan jalan raya Semarang-Yogya ini. “Serabi Ngampin” -begitu jajanan ini biasa
disebut- merupakan kuliner khas Ambarawa yang sangat ikonik. Dengan membayar Rp
5000 anda bisa menikmati seporsi serabi Ngampin nan gurih dan legit.
Penyajiannya sederhana, khas panganan desa.
Serambi Ngampin (Dok. Pribadi) |
Perjalanan masih belum usai. Dari pusat kuliner serabi
Ngampin, anda bisa meneruskan tour ke Desa Pasekan. Desa yang berada di
perbukitan dengan ketinggian 474,4m dpl ini merupakan kawasan kelurahan terluas
di Kecamatan Ambarawa.
Menyusuri jalanan menanjak, anda akan tiba di satu dusun
bernama Pragunan. Di dusun ini terdapat lokasi wisata yang bernama “Bengkok
Village”.
Bengkok Village (Dok. Pribadi) |
Sesuai dengan namanya, Bengkok Village memang berada di atas
tanah bengkok, yaitu tanah garapan milik desa. Tanah bengkok tidak dapat
diperjualbelikan tanpa persetujuan seluruh warga desa namun boleh disewakan.
Berawal dari ide dan gagasan para pemuda desa, tanah bengkok
yang sejatinya merupakan areal persawahan, kebun jagung, kebun sayur-mayur
aneka palawija, dan juga kebun bunga sedap malam, disulap menjadi areal wisata
yang menjanjikan. Di sini anda dapat mengeksplore satu lokasi ke lokasi lainnya
melalui jembatan bambu yang terpasang di sepanjang areal sawah dan kebun
tersebut. Selain itu anda dapat membawa pulang oleh-oleh bunga sedap malam yang
dipetik langsung dari kebunnya dengan hanya membayar Rp 5000 saja.
![]() |
Dok. Pribadi |
Nuansa sawah dan kebun ini menjadi semakin mempesona dengan latar
belakang Gunung Ungaran yang berdiri gagah di kejauhan.
Wisata Religi
Dari Bengkok Village, anda dapat menuju ke Gua Maria Kerep
yang terletak di Kelurahan Panjang, yang merupakan tetangga desa dari Desa
Pasekan.
Gua Maria Kerep adalah tempat ziarah umat Katolik yang
dibangun pada tahun 1954 atas sumbangan tanah seorang warga Belanda. Berada di
ketinggian 400m dpl, sehingga dari sini anda bisa menikmati pemandangan Danau
Rawa Pening yang luas membentang di kejauhan.
Gua Maria Kerep memiliki fasilitas jalan salib, tempat do’a
lesehan, gereja, taman, dan rumah kaca.
Dan ikon menarik dari lokasi ziarah ini adalah keberadaan
Patung Maria Assumpta yang berdiri gagah di depan rumah kaca.
Patung yang terbuat dari bahan resin dan pasir kwarsa ini
mulai dibangun tanggal 15 Agustus 2014 dan diberkati tanggal 14 Agustus 2015.
Pembangunan selesai pada 27 April 2017.
![]() |
Patung Maria Assumpta (Dok. Pribadi) |
Tinggi patung mencapai 23m, sementara tinggi penopang 19m.
Total ketinggian patung dan penopang mencapai 42m. Dengan kondisi tersebut
patung ini diklaim sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara.
Lain-lain
Selain berbagai potensi wisata, Ambarawa juga menyimpan
potensi bisnis yang cukup besar. Keberadaan pasar hewannya, “Pasar Sapi
Ambarawa” adalah pasar hewan terbesar dan terlengkap di Jawa Tengah. Berdiri di
atas tanah seluas 3,1 hektar, pasar yang mampu menampung 800 hingga 1000 ekor
sapi ini hanya beroperasi pada hari Pon (pasaran Jawa) saja. Berbagai jenis
hewan ternak bisa anda temui di sini. Menurut data dari pemerintah Kabupaten
Semarang, pada hari Pon biasa omzet pasar ini bisa mencapai 5 hingga 8 milyar.
Sedangkan pada hari Minggu Pon omzet bisa meningkat hingga 10 milyar. Dan
kondisi ini akan melonjak drastis ketika Pon menjelang hari raya Idul Fitri
atau Idul Adha.
![]() |
Pasar Hewan Ambarawa (Dok. Pribadi) |
Nah...tunggu apalagi. Ayo berkunjung ke Ambarawa, kota
perjuangan dengan panorama alam yang indah memukau.
![]() |
Dok. Pribadi |
14 Komentar
Ambarawa nih luar biasa, potensi wisatanya memang oke banget.
BalasHapusMuseum Ambarawa udah pernah mba aku bawa keluarga ke sana. Hanya saja kurang beruntung, ndak bisa naik kereta karena udah full booked sampe sore. Sayang banget yaaaa... ntar kapan2 kudu dibaleni.
Serabi Ngampin udah beberapa kali beli kalau pas lewat saat mau pulang ke Semarang dari arah Magelang. Hanya saja jarang banget lewat rute situ karena bakalan terhadang macet. Lebih sering lewat jalur Kopeng.
wisata di ambarawa lengkap banget ya, dari mulai alam sampai religi, eh, aku baru tahu ada kampung pelangi di sana, lho, kayaknya harus ke sana lagi ya
BalasHapusAmbarawa memang punya paket wisata lengkap ya mbak. Selalu seneng jalan2 ke ambarawa
BalasHapusAku juga suka ke Ambarawa. Udaranya sejuk, alamnya cantik, makanannya murah-murah dan enaaakkk. Duh, pengen main ke sana lagi nih.
BalasHapusDulu sering ikut ibu piknik ke Palagan Ambarawa, mb, hahaha. Masih kecil banget. Beberapa SD di daerah Sukoharjo menjadikannya sebagai destinasi piknik bersama perpisahan kelas 6 :)
BalasHapusBelakangan yang sering ngeliat tapi belum mampir ya Serabi Ngampin. Berderet-deret gitu ya. Beneran pakai konsep "rejeki tak kan kemana" mungkin ya :)
Ambarawa..salah satu tempat bersejarah karena di kota sejuk inilah aku 'digodok' hampir sebulan di awal karier..hehe.. Ternyata banyak juga nih yg belum kudatangi wisata di Ambarawa.. capcus ah..
BalasHapusAku belum pernah ke kampung warna dan makan di resto apung rawa pening mba, huhu padahal negara tetangga ya..cakep pemandangannya ya Ambarawa, nyaman untuk tinggal..
BalasHapusLama juga gak mampir ke Ngampin buat makan serabi. Kalo Rumah makan Rawa Apung sering banget makan di sana. Kadang juga ikut gathering untuk reunian dengan teman-teman suami waktu kerja di perusahaan kontraktor. Kami pilih resto ini karena lokasinya strategis di tengah 2 antara Semarang, Jogja, Solo, dan Purworejo
BalasHapusKomplit banget ya. Ah, baru pernah ke kampung rawa aja terakhir. Yg lain masih blm. Oh ya wisata religinya langganan tuh komunitas di kuliah dlu yg Nasrani.
BalasHapusWaah Ambarawa banyak yang bisa di eksplor ya ternyata..aku pengen main ke benteng nya belum kesampaian...sama eksplor kulinerannya juga paling seneng makan surabi yang di pinggir jalan hehehehehhe
BalasHapusNgomongin Ambarawa itu nggak akan pernah ada habisnya ya, Mbak. Di setiap event sekolah, pasti larinya ke Ambarawa, ke Bukit Cinta, naik kapal di Rawa Pening, makan di rumah makan rawa itu, ah, nyenengin deh pokoknya. Paling kusuka di sana itu hawanya yang dingin-dingin campir panas. Ngangenin banget.
BalasHapusCuma benteng pendem doang yang pernah aku singgahi mba hahahah
BalasHapusbanayak banget padahal ya, ada rawa pening, kereta, kapan-kapan semoga ada waktu main ke sini. Ammiin
Ke ambarawa aq pengen bgt naik sepurnya, tapi lum pernah ksampean. Kudu pagi2 bener ya belinya tiket hiks
BalasHapusMeski hanya kota kecamatan, tapi Ambarawa memiliki potensi alam dan wisata yangluar biasa ya mbak. Aku sering banget lewat Ambarawa kalo pas mudik. Biasanya mampir beli serabi , duren atau bunga aja. Next time kalo ada waktu pengen ngajakin anak-anak wisata ke Ambarawa deh
BalasHapus