Bila nanti saatnya t'lah tiba.
Kuingin kau menjadi istriku.
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan.
Berlarian ke sana ke mari dan tertawa.
Kunikmati lagu ringan dengan lirik-lirik indah tersebut. Kau hampir rutin mengirimiku lagu bucin ini.
###RP###
Suatu waktu saat kita sedang menyesap sore di pojok cafe bernuansa kebun, kuajukan seuntai tanya padamu,
"Kenapa sih kok seneng banget ngirimi saya lagu ini?"
"Karena lirik lagu ini bener-bener mewakili isi hati saya pada Njenengan?" jawabmu lugas seolah tanpa masalah.
"Dan saya berharap lagu itu menjadi do'a buat kita." lanjutmu masih dengan nada santai seolah sedang berada di pantai.
Aku tersenyum kecut mendapati jawaban yang terkesan terlalu PeDe itu.
Ya...kau sangat yakin dengan perasaan dan harapan-harapanmu.
Kau lelaki dewasa yang bebas. Sementara aku, wanita yang masih terikat dalam satu ikatan suci.
Kita memang belum terjerumus dalam lembah hina. Namun tak bisa dipungkiri jalan kita salah.
"Jangan berharap terlalu tinggi, nanti kalo jatuh hancur berkeping-keping." Aku merespon ucapanmu sedikit berdiplomasi.
"Saya bukan berharap, tapi berdo'a. Dengan tulus dan sungguh-sungguh." Seuntai senyum kau arahkan padaku saat mengucap kalimat manis itu.
Ah...ternyata dirimu tak hanya piawai mendiagnosis pasien, namun juga cukup handal mengolah kata.
Dan yang pasti, sangat fasih meluluhlantakkan perasaanku.
Salatiga, 09032021.
2 Komentar
Seribu tanya telah kuungkap
BalasHapusDan jawabNya tetap
Taat pada Allah dan RosulNya adalah keharusan
Sabar pada ketetapanNya adalah kebaikan
Cinta tak pernah salah
Jatuh padanya tak mungkin dielakkan
Namun batasan adalah pagar agar hati tak lemah dan iman selalu menang
Selalu suka dengan diksi-diksi puitis Bu Katim.
Hapus