Aku, Mereka, dan Februari


(Sebuah Prosais)




Beratus purnama yang lalu, ketika Februari menjelang, aku mulai menghitung hari demi sebuah tanggal istimewa. Bukan ... bukan tanggal 14, karena aku tak pernah mengakrabkan diri dengan momen yang identik dengan coklat dan bunga tersebut. Tapi tanggal di mana seseorang mengalami pengurangan usia. Seseorang di masa lalu.

Beberapa tahun kemudian, Februari kembali mengurai kisah. Ketika seseorang yang lain mengambil alih tanggung jawab ayah dalam mengimamiku. Seseorang di masa kini.

Dan ... beberapa tahun yang lalu, Februari seolah semakin membentengiku. Seseorang yang lain lagi -seseorang yang juga mengalami pengurangan usia di Februari- mencoba mengulur tangan ketika biduk yang kukayuh sedang terombang-ambing. Walau uluran itu tak hendak kusambut, namun kenyataannya hari-hari terlalui bersama sembari  merajut jiwa-jiwa kami yang kesepian. Namun, aku tak punya hak untuk mengklaim dirinya sebagai seseorang di masa depan.

Ketika begitu banyak kisah tersimpan di dalamnya,  haruskah aku menikam lara dan kembali merangkul bahagia di Februari?

Salatiga, hari pertama di Februari 2022.

Posting Komentar

0 Komentar