Mengurai Waktu




Aku, juga kau, kembali bersua dengan Ramadhan. Sekian ramadhan t'lah kita lewati bersama. Walau berbatas jarak dan waktu, tapi hati kita seolah terikat begitu erat.

Suara merdu Ruth Sahanaya membersamaiku di akhir pekan ini.  Untaian lirik sarat makna yang diiringi alunan nada indah, seolah membawaku menyusuri lorong waktu. Mengurai kisah dan cerita sekian puluh purnama yang lalu.

Terlalu indah dilupakan.
Terlalu sedih dikenangkan.
Setelah aku jauh berjalan.
Dan kau, kutinggalkan.

Betapa hatiku bersedih.
Mengenang kasih dan sayangmu.
Setulus pesanmu kepadaku.
Engkau 'kan menunggu.

Andaikan kau datang kembali.
Jawaban apa yang 'kan kuberi.
Adakah jalan yang kau temui?
Untuk kita kembali lagi?

###Rp###

Di Ramadhan pertama kita -sekian tahun yang lalu- diriku pernah mencoba memangkas kisah yang terurai di antara kita. Kisah yang memang tak seharusnya terjadi.

Kala itu, kupasrah kan jiwa dan raga ini pada Sang Pemilik Hidup dengan sepenuh hati. Tak lelah bibir melantunkan bait-bait do'a agar bisa melepas segala rasa dan angan tentangmu. Pun tak jenuh bulir bening membasahi pipi atas penyesalan yang begitu mendalam, penyesalan atas cinta yang salah. 

Kutancapkan ikrar untuk memutus total komunikasi denganmu. Tiga puluh senja aku menahan diri dan menikam rindu yang begitu membiru. Kuabaikan segala tanya dan resah yang rutin kau kirim melalui beragam aplikasi.

Namun, saat gema takbir bertalu di seantero jagat, benteng pertahanan ku jebol. Ketika sebuah video personal yang berisi ucapan menyambut hari kemenangan, kau kirim untukku. Aku meleleh. Keteguhanku luluh lantak. Aku menangis dalam diam, tanpa suara, tanpa air mata. Kusadari...ternyata aku sungguh tak mampu terpisah darimu.

###Rp###

Video ucapan menyambut hari kemenangan itu menjadi gerbang terjalinnya kembali komunikasi di antara kita. Lebih intens dan lebih berwarna. Seuntai janji pun kita sepakati, untuk bertemu di sepekan lebaran.

Mungkin Allah marah atas janji yang kuingkari, atas do'a yang kukhianati. Sang Sutradara Hidup memberiku rezeki dengan sebuah kecelakaan, dua hari sebelum pertemuan yang telah kita janjikan. Musibah itu memberiku beberapa tatto di wajah. 

Janji untuk bersua, tak mungkin kita lakoni. Namun,  bukan berarti momen pemupus rindu itu tercoret dari agenda, karena kita menggantinya di hari lain. 

###Rp###

Orang yang sedang jatuh cinta itu lebih gila dari pada orang gila. Orang gila melakukan sesuatu di luar kewajaran, karena jiwanya memang sakit. 
Sementara orang yang sedang jatuh cinta, sering kali bertindak di luar kewarasan, padahal dia waras.

Pun demikian dengan kau dan aku. Belenggu rindu yang demikian kuat, membuat kita sigap menghalau segala rintangan, bahkan saat raga belum kembali dalam kondisi prima.  

Kita menyulam rindu yang hampir membeku. Dan ... kau mencoba mencairkan kebekuan rindu kita dengan pinanganmu, "Menikahlah dengan saya." Permohonan tulus seorang lelaki dewasa yang bebas,  untuk sang pujaan hati, wanita bersuami.

###RP###

Walau lamaran itu tak pernah terwujud hingga saat ini. Namun, sang waktu tetap setia mendampingi kita dari Ramadhan ke Ramadhan. Dan aku masih terpaku dalam satu ragu. Seperti yang dilantunkan Ruth Sahanaya, "Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi."


Salatiga, 30032022

Posting Komentar

0 Komentar